|
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang
paling sempurna. Diantara organisme yang lainnya, manusialah yang mempunyai
bentuk dan struktur yang paling sempurna. Kesempurnaan manusia adalah
kesempurnaan dengan tolok ukur makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Kelebihan dan
kekurangan masih tetap ada. Banyak manusia manusia berprestasi karena mereka
dapat mengolah bakatnya secara optimal. Ada juga manusia yang tidak menggunakan
kelebihannya dengan baik. Hal tersebut sungguh disayangkan, mengingat masih
banyaknya manusia yang tidak bisa berkarya karena keterbatasan keterbatasan
yang dimiliki. Dalam hal ini cacat secara fisik. Manusia yang cacat secara
fisik disebut manusia tuna daksa.
Ada manusia tuna daksa mulai dari
lahir, ada pula yang menjadi tuna daksa karena kecelakaan saat hidupnya. Mereka
tidak seperti manusia manusia normal lainnya. Mereka memerlukan bantuan alat
tambahan untuk dapat beraktifitas normal, walau penggunaan alat tersebut hanya
sekedar membantu saja tidak menyembuhkan secara permanen. Sehingga diperlukan
berbagai inovasi yang dapat membantu meringankan aktivitas manusia tuna daksa.
Dalam hal ini penulis memilih untuk mengkaji lebih dalam mengenai inovasi dalam
bidang pembelajaran pendidikan jasmani.
Oleh karena itu kami ingin menyajikan Kajian Tulis Imiah dengan judul.
“Inovasi Pendidikan Jasmani Adaptif untuk Tuna Daksa”
Tujuan dari kajian ilmiah antara lain adalah untuk mengetahui pengertian
dan karakteristik tuna daksa untuk mengetahui pembelajaran jasmani bagi ABK, untuk
mengatahui model pembelajaran jasmani untuk tuna daksa.
Dari kajian ilmiah ini dapat
dirumuskan antara lain:
1. Bagaimana pengertian dan
karakteristik tuna daksa?
2. Bagaimana pembelajaran jasmani bagi
ABK?
3. Bagaimana model pembelajaran jasmani
untuk tuna daksa?
|
A.
Pengertian Tuna Daksa
Pengertian Tuna Daksa adalah bahasa
kasar Indo nya adalah cacat, dan bahasa halus adalah Tuna Daksa (alias cacat
tubuh). Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan
“daksa“ berarti tubuh.
B. Karakteristik
Tuna Daksa Dan Kelainan pada anak Tuna Daksa Dapat Dikelompokkan Menjadi Dua Bagian
Besar.
1.
Kelainan pada sistem serebral
(cerebral system disorders).
Penggolongan anak tuna daksa kedalam
kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran
yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial,
karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari
aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat
kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya.
a.
Kelompok kerusakan bagian otak ini
disebut Cerebral Palsy (CP).Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut.
1)
Derajat kecacatan
Menurut derajat kecacatan, Cerebal palsy dapat digolongkan
atas :
a) Golongan
ringan
mereka yang dapat berjalan tanpa
menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal
lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya
b) Golongan
sedang
mereka yang membutuhkan treatment/latihan
khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan
alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu
penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan
pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus
dirinya sendiri.
c)
Golongan berat
anak cerebral palsy golongan ini yang tetap
membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka
tidak dapat hidup mandiri ditengah masyarakat.
2)
Tipografi anggota badan yang cacat.
Dilihat dari tipografi yaitu
banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsy dapat digolongkan menjadi 6
(enam) golongan
a) Monoplegia.
Hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri, sedangkan
kaki kanan dan keduanya tangannya normal
b) Hemiplegia
Lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama,
misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.
c)
Paraplegia
Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
d)
Diplegia
Kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan
kiri(paraple-gia).
e)
Triplegia
Tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan
kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
f)
Quadriplegia
Anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota
geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga
disebut triplegia.
3)
Sisiologi kelainan geraknya.
Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan
gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik),
anak Cerebral Palsy dibedakan menjadi
a) Spastik.
Tipe ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu
timbul sewaktu akan digerakkan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan
ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah,
sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang.
Pada umumnya anak CP jenis spastik
ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada
yang normal bahkan ada yang diatsa normal.
b)
Athetoid.
Pada tipe ini tidak terdapat
kekejangan atau kekakuan. Otot ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas
tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar
kontrol dan koordinasi gerak.
c)
Ataxia.
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan
kehilangan keseimbangan, Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan
pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada
system koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe
ini mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut
terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
d)
Tremor.
Gejala yang tampak jelas pada tipe
ini adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus
berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat
terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
e)
Rigid.
Pada tipe ini didapat kekakuan otot,
tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan,
gerakan mekanik lebih tampak.
f)
Tipe Campuran.
Pada tipe ini seorang anak
menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih
berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe
kecacatan.
2.
Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka
(Musculus Scelatel System).
Penggolongan anak tuna daksa kedalam
kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota
tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang
belakang.
a.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan
rangka antara lain meliputi:
1)
Poliomylitis atau penderita folio
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga
otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang
menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam)
tahun.
2)
Muscle Dystrophy ( mengalami
kelumpuhan fungsi otak) dan keragaman jenis Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada
penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah.
Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki
saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebab terjadinya muscle dystrophy
belum diketahui secara pasti.
Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan
setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan
anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering
terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua
kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.
Penyebab Tuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat
menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut
ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistem
musculus skeletal.
Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing kerusakan
timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat
terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
a) Keragaman Yang di Sebabkan Sebelum Lahir
(Fase Prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan,
kerusakan disebabkan oleh:
(1)
Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika
ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya
infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
(2)
Kelainan
kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga
merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
(3)
Bayi
dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat
pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
(4)
Ibu
yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan
terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya
membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka
dapat merusak sistem syaraf pusat.
b) Keragaman Yang di Sebabkan pada saat
kelahiran (fase natal, peri natal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat
bayi dilahirkan antara lain:
(1)
Proses
kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi
mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya
sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami
kerusakan.
(2)
Pemakaian
alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan
sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
(3)
Pemakaian
anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan
menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan
otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
c) Keragaman Yang di Sebabkan setelah proses
kelahiran (fase post natal)
Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan
sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
(1)
Kecelakaan/trauma
kepala, amputasi
(2)
Infeksi
penyakit yang menyerang otak.
(3)
Anoxia/Hipoxia
C.
Karakteristik Anak Tuna Daksa
Mempengaruhi kemampuan penyesuaian
diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada
halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan
derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan
tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari
aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif,
memisahkan diri dari lingkungan.
Disamping karakteristik tersebut
terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tuna daksa antara lain:
1) Kelainan perkembangan/intelektual.
2) Gangguan pendengaran.
3) Gangguan penglihatan.
4) Gangguan taktik dan kinestetik.
5) Gangguan persepsi
6) Gangguan emosi.
Jenis – Jenis Alat Yang di Butuhkan Oleh
Anak – Anak Penderita Tuna Daksa
a.
Alat Asesmen
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami
gangguan perkembanga motorik dan mobilitas, intelegensi, baik secara sebagian
maupun secara keseluruhan. Bervariasinya kondisi anak tunadaksa, menuntut
adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan
yang dimilikinya.
Hal ini penting dalam upaya
menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan kemampuan dan keadaannya. Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa
dilakukan untuk mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan
otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan.
Alat yang digunakan untuk asesmen anak tuna daksa seperti
berikut ini:
1) Finger Goniometer
2) Flexometer
3) Plastic Goniometer
4) Reflex Hammer
5) Posture Evaluation Set
6) TPD Arsthesiometer
7) Gound Rhytem Tibre Instrumen
8) Cabinet Geometric Insert
9) Color Sorting Box
10) Tactile Board Set
b.
Alat Latihan Fisik
Pulley Weight Pada umumnya anak
tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri ambulasi), dan
koordinasi/keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan kegiatan
hidup sehari-hari secara mobil perlu latihan.
Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1) Kanavel Table
2) Squeez Ball
3) Restorator Hand
4) Restorator Leg
5) Treadmill Jogger
6) Safety Walking Strap
7) Straight (tangga)
8) Sand-Bag
9) Exercise Mat
10) Incline Mat
11) Neuro Development Rolls
12) Height Adjustable Crowler
13) Floor Sitter
14) Kursi CP
15) Individual Stand-in Table
16) Walking Paralel
17) Walker Khusus CP
18) Vestibular Board
19) Balance Beam Set
20) Dynamic Body and Balance
21) Kolam Bola-bola
22) Vibrator
23) Infra-Red Lamp (Infra Fill)
24) Dual Speed Massager
25) Speed Training Devices
26) Bola karet
27) Balok bergandaBalok titian
c.
Alat Bina Diri
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam
pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atau
hambatan tersebut mengakibatkan anak tunadaksa mengalami kesulitan untuk
merawat diri sendiri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan
hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu latihan.
Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1) Swivel Utensil
2) Dressing Frame Set
3) Lacing Shoes
4) Deluxe Mobile Commade
d.
Alat Orthotic dan Prosthetic
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam
pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh
mengalami kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan
hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu alat bantu (orthotic
dan prosthetic).
Alat-alat yang dapat digunakan meliputi:
1) Cock-Up Resting Splint
2) Rigid Immobilitation Elbow Brace
3) Flexion Extention
4) Back Splint
5) Night Splint
6) Denish Browans Splint
7) X Splint
8) O Splint
9) Long Leg Brace Set
10) Ankle or Short Leg Brace
11) Original Thomas Collar
12) Simple Cervical Brace
13) Corsett
14) Crutch (kruk)
15) Clubfoot Walker Shoes
16) Thomas Heel Shoes
17) Wheel Chair (Kursi Roda)
18) Kaki Palsu Sebatas Lutut
19) Kaki Palsu Sampai Paha
e.
Alat Bantu Belajar/Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tuna daksa mencakup membaca,
menulis, berhitung, pengembangan sikap pengetahuan, dan kreatifitas. Akibat
mengalami kelainan pada motorik dan intelegensinya maka tuna daksa mengalami
kesulitan dalam menguasai kemampuan dibidang akademik. Untuk membantu
penguasaan dibidang akademik maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus.
Alat-alat yang dapat membantu
mengembangkan kemampuan akademik pada anak tuna daksa dapat berupa:
1) Kartu Abjad
2) Kartu Kata
3) Kartu Kalimat
4) Torso Seluruh Badan
5) Geometri Sharpe
6) Menara Gelang
7) Menara Segitiga
8) Menara Segiempat
9) Gelas Rasa
10) Botol Aroma
11) Abacus dan Washer
12) Papan Pasak
13) Kotak Bilangan
D. Pembelajaran
Adaptif dalam Pendidikan Jasmani bagi ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah
anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun
kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang
optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB). PLB merupakan pendidikan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam
PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga
sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan Anak luar biasa.
ABK bisa memiliki masalah dalam
sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini
mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian
besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan
lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang
fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah
dengan benar.
Di satu sisi, Anak luar Biasa harus
dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia
tidak secara otomatis dapat melakuka aktivitas gerak. Secara tidak disadari
akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan
keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga
harus mengandung pembetulan kelainan fisik.
Dengan uraian di atas maka jelas
bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan,
jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu factor yang
sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan
terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam
bentuk layanan khusus di SD biasa maupun di tiap jenjang sekolah biasa
lainnya.
Apa dan bagaimana pendidikan jasmani
bagi ABK atau Pendidikan Jasmani adaptif secara sederhana akan diuraikan
dibawah ini:
1.
Pengertian pendidikan jasmani
adaptif
Pendidikan jasmani merupakan salah
satu aspek dari seluruh proses secara
keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu system penyampaian
layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,
menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Hampir semua jenis ketunaan ABK
memiliki problem dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari
keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.
Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian
dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus
(ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan
keterbatasan tersebut.
2.
Ciri dari program pengajaran penjas
Adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan
jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani
ditambah dengan kata adaptif.
Adapun ciri tersebut adalah:
1) Program Pengajaran Penjas adaptif
disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksutkan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan
aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda
satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi
dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa
yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh
karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa
memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
2) Program Pengajaran Penjas adaptif
harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap
tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani
adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang
memperburuk keadaanya.
3) Program Pengajaran Penjas adaptif harus
dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu
pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang
progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar.
Apabila program pendidikan jasmani
adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif
dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan
siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan
bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.
3.
Tujuan pendidikan jasmani adaptif.
Sebagaimana dijelaskan di atas
betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan
tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang
berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan Jasmani
adaptif bagi ABK sebagai berikut:
a. Untuk menolong siswa mengkoreksi
kondisi yang dapat diperbaiki.
b. Untuk membantu siswa melindungi diri
sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas
tertentu.
c. Untuk memberikan kesempatan pada
siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan
aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
d. Untuk menolong siswa memahami
keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
e. Untuk membantu siswa melakukan
penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
f. Untuk membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
g. Untuk menolong siswa memahami dan
menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
4.
Modifikasi dalam pendidikan jasmani
adaptif
Bila kita lihat masalah dari kelainannya, jenis Anak
Berkebutuhan Khusus dikelompokkan menjadi:
a. ABK yang memiliki masalah dalam sensoris
b. ABK yang memiliki masalah dalam
gerak dan motoriknya
c. ABK yang memiliki masalah dalam
belajar
d. ABK yang memiliki masalah dalam
tingkah lakunya
Dari masalah yang disandang dan
karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi
dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.
5.
Penyesuaian dan modifikasi dari
pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada
1) Modifikasi aturan main dari aktifitas
pendidikan jasmani.
2) Modifikasi keterampilan dan tekniknya
.
3) Modifikasi tehnik mengajarnya.
4) Modifikasi lingkungannya termasuk ruang,
fasilitas dan peralatannya
Seorang ABK yang satu dengan yang
lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin
membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin
membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi
mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga
butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung
dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan
pengajaran dari setiap jenis ABK.
E. Model Pembelajaran Jasmani untuk
Tuna Daksa
Ada golongan tuna daksa golongan
berat dan golongan ringan. Dalam karya ilmiah yang saya kaji siswa termasuk
tuna daksa golongan ringan memiliki kekurangan yaitu kehilangan tangan sebelah
kiri. Variasi olahraga yang cocok untuk tuna daksa golongan ringan adalah
olahraga seperti biasanya tapi hanya tidak menggunakan tangan kirinya. Misalnya
bermain voli, basket, sepak bola, dll. Sedangkan siswa lain adalah siswa tuna
daksa golongan berat. Dia memiliki kekurangan tangan kirinya tidak berfungsi
dan kakinya lumpuh sehingga dia menggunakan kursi roda untuk berjalan.
Olahraga yang cocok untuk golongan
berat ini antara lain:
1. Olahraga lempar tangkap bola dari
tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai bola yang agak besar.
2. Bermain basket tapi menggunakan bola
yang agak ringan misalnya bola plastic, menggunakan Ring yang relative rendah
sehingga mudah untuk memasukkan bolanya, dan menggunakan aturan yang simple
(tidak standard).
3. Senam dan olah tubuh sehingga
mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana
terapi untuk tangan kirinya.
Jadi model untuk pembelajarannya
disesuaikan dari tingkat golongan berat atau ringan.
|
Berdasarkan kajian ilmiah yang saya lakukan dan pembahasan
sebagaimana dikemukakan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan
dan saran.
Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah (1) Pendekatan pembelajaran pendidikan
jasmani bagi anak dengan kebutuhan khusus belum menerapkan pendekatan
pembelajaran dengan berbagai bentuk pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi tiap anak. (2) Pendekatannya
masih bersifat “Ekslusi” belum menerapkan pendekatan “Inklusi”. (3) Dalam menangani dan mendidik anak
dengan kebutuhan khusus lebih banyak menekankan pada kebutuhan dan keinginan
guru daripada kebutuhan dan keinginan anak (4)
Pembelajaran pendidikan jasmani hanya melibatkan keterampilan gerak kasar (Gross
skill), yakni melibatkan otot-otot besar. (5) Pembelajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan selama ini
lebih menekankan pada pencapaian tujuan aspek fisik atau psikomotor, (6) Tingkah laku anak tuna daksa sangat
dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya dari aspek psikologis, anak
tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri
dari lingkungan, (7) Pada umumnya
anak tunadaksa mengalami gangguan perkembanga motorik dan mobilitas,
intelegensi, baik secara sebagian maupun secara keseluruhan. Bervariasinya
kondisi anak tunadaksa, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.
Ciri pengajaran penjas adaptif
tersebut adalah:
1. Program Pengajaran Penjas adaptif
disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa
2. Program Pengajaran Penjas adaptif
harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa
3. Program Pengajaran Penjas adaptif
harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK
Dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya. Maka banyak ragam
alat yang di butuhkan oleh anak-anak penderita tuna daksa antara lain : (1)
Alat ASesmen, (2) Alat Latihan Fisik, (3) Alat Bina Diri, (4) Alat Orthotic dan
Prosthetic, (5) Alat Bantu Belajar/Akademik.
Variasi olahraga yang cocok untuk
tuna daksa golongan ringan adalah olahraga seperti biasanya tapi hanya tidak
menggunakan tangan kirinya. Misalnya bermain voli, basket, sepak bola, dll.
Sedangkan siswa lain adalah siswa tuna daksa golongan berat. Dia memiliki
kekurangan tangan kirinya tidak berfungsi dan kakinya lumpuh sehingga dia
menggunakan kursi roda untuk berjalan.
Olahraga yang cocok untuk golongan
berat ini antara lain:
1. Olahraga lempar tangkap bola dari
tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai bola yang agak besar.
2. Bermain basket tapi menggunakan bola
yang agak ringan misalnya bola plastic, menggunakan Ring yang relative rendah
sehingga mudah untuk memasukkan bolanya, dan menggunakan aturan yang simple
(tidak standard).
3. Senam dan olah tubuh sehingga
mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana
terapi untuk tangan kirinya.
Jadi model untuk pembelajarannya
disesuaikan dari tingkat golongan berat atau ringan
Dari kajian ilmiah yang saya lakukan maka sebelum
guru memberikan pelayanan dan
pengajaran bagi anak
tunadaksa harus memperhatikan hal
sebagai berikut:
a. Segi
medisnya.
b. Apakah ia
memiliki kelainan khusus
seperti kencing manis
atau pernah dioperasi, masalah lain seperti harus meminum
obat dan sebagainya.
c. Bagaimana
kemampuan gerak dan bepergiannya,
d. Apakah anak
ke sekolah menggunakan
tranportasi, alat bantu
dan sebagainya. Ini berhubungan dengan lingkungan yang harus
dipersiapkan.
e. Bagaimana
komunikasinya.
f. Apakah anak
mengalami kelainan dalam
berkomunikasi, dan alat
komunikasi apa yang digunakan
(lisan, tulisan, isyarat) dan sebagainya.
g. Bagaimana
perawatan dirinya.
h. Apakah
anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas kegiatan sehari-hari.
Bagaimana
posisinya. Yang dimaksud adalah bagaimana posisi anak tersebut di dalam menggunakan alat
bantu, posisi duduk
dalam menerima pelajaran,
waktu istirahat, waktu ke
kamar kecil (toilet), makan dan
sebagainya. Dalam hal ini
physical therapic sangat
diperlukan.
Referensi
:
Abdullah,
Arma (1996). Pendidikan Jasmani Adapif. (Jakarta: Departemen
Pendidikan Kebudayaan, Diretora Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik).
Bucher, Charles A. (1979). Administration
of Physical Education & Athletics Programs. St. Louis: The C.V.
Mosby Company.
Beltasar Tarigan.
2000. Penjas Adaptif. Depdikbud.
Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar
dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III
just share info aja , bagi yg minat membeli kursi roda cp (cereblral palsy) dapat buka di link ini: http://kursiroda.net/Kursi-roda-anak-cp-cerebral-palsy.htm
ReplyDelete