BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu
proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan
secara sadar melalui berbagai aktivitas fisik dalam
rangka memperoleh keterampilan dan
meningkatkan derajat kesegaran jasmani. Pendidikan jasmani pada hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik sebagai pembentukan diri, baik dalam hal fisik maupun mental.
Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah
investasi jangka panjang dalam upaya peningkatan kehidupan manusia, hasil yang diharapkan itu akan dapat dicapai
dalam waktu cukup lama. Oleh karena itu, pendidikan jasmani dan olahraga terus
ditingkatkan dan dilakukan dengan kesabaran dan keikhlasan. Pendidikan jasmani selain
dilakukan melalui aktivitas fisik juga dapat dilakukan melalui permainan yang
dirancang untuk meningkatkan derajat kesegaran jasmani. Yudy Hendrayana (2007: 3) “Pendidikan jasmani adalah proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih
untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Ditinjau dari aspek gerakannya,
gerakan yang terdapat dalam cabang atletik merupakan gerak dasar yang dilakukan
manusia seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar. Dalam ruang lingkup permainan dan olahraga, atletik
merupakan salah satu cabang yang diajarkan dalam pendidikan jasmani. Tujuan diajarkannya cabang atletik yaitu untuk membantu perkembangan dan
pertumbuhan siswa dalam kemampuan gerak anak
serta
mengenalkan nomor-nomor cabang atletik. Kemampuan gerak anak dapat ditingkatkan melalui ruang lingkup permainan dan olahraga. Oleh karena itu, cabang atletik diajarkan di
sekolah-sekolah.
Ruang lingkup permainan dan olahraga mempunyai
peranan penting dalam pendidikan jasmani (penjas). Gerakan-gerakan dalam cabang atletik hampir ada
di semua cabang olahraga lainnya. Nilai-nilai
yang sesuai dengan norma kehidupan akan tumbuh dan berkembang pada siswa melalui
pembelajaran atletik. Dengan demikian siswa secara langsung ikut aktif
berpartisipasi dalam proses kegiatan pembelajaran atletik. Untuk menciptakan
suasana tersebut, maka guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memegang
peranan penting. Pihak guru seharusnya tidak hanya mengembangkan kemampuan
gerak sesuai kegiatan nomor cabang atletik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai
seperti kejujuran (sportivitas atau fair play), disiplin, pantang menyerah,
semangat, saling menghormati dan percaya diri.
Dalam
ruang lingkup pemainan dan olahraga di
sekolah, diajarkan berbagai macam
nomor cabang atletik. Adapun nomor-nomor atletik yang diajarkan meliputi jalan,
lari, lompat, dan lempar. Dari tiap-tiap nomor tersebut di dalamnya terdapat
beberapa nomor yang diajarkan. Untuk nomor lari terdiri dari lari jarak pendek,
jarak menengah, jarak jauh, lari gawang, dan lari sambung. Nomor lompat
meliputi lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, dan lompat tinggi galah.
Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar
martil.
Salah
satu nomor lompat dalam cabang atletik yaitu
lompat jauh yang mempunyai peran
penting untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengertian dari
lompat jauh adalah melakukan suatu bentuk gerakan lompatan dengan tujuan untuk memperoleh hasil lompatan
yang sejauh-jauhnya. Kelangsungan gerak pada lompat jauh adalah awalan,
tumpuan, posisi saat melayang di udara dan posisi saat mendarat. Di dalam
lompat jauh terdiri dari tiga macam gaya yaitu: lompat jauh gaya jongkok (sit down in the
air), lompat jauh gaya
berjalan di udara (walking in the air)
dan lompat jauh gaya bergantung di udara (schnepper).
Sekolah Dasar adalah pendidikan awal yang dapat digunakan untuk
mengembangkan pertumbuhan fisik dan kemampuan gerak siswa. Siswa Sekolah Dasar
tidak dapat dipisahkan dari aktifitas bermain. Siswa kelas IV mempunyai karakteristik sosial emosional
yaitu ingin selalu bermain, lebih suka kegiatan yang beregu daripada individu,
serta menginginkan kebebasan tetapi masih dalam perlindungan orang dewasa.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka pembelajaran
lompat jauh di Sekolah Dasar harus disesuaikan dengan kondisi siswa. Perlu
diketahui oleh seorang guru bahwa siswa Sekolah Dasar mempunyai karakter cepat
bosan. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka pembelajaran lompat
jauh hendaknya bisa diajarkan secara bervariasi
dalam bentuk aktivitas yang menyenangkan. Upaya meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap pelajaran atletik harus diterapkan melalui bentuk-bentuk model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa. Seorang guru harus
mampu menerapakan model
pembelajaran yang baik dan tepat. Dengan model pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima
materi pelajaran dan hasilnya juga akan optimal.
Dalam melaksanakan pembelajaran
atletik di sekolah, masih banyak guru penjas yang belum memberikan suatu bentuk pelajaran
atletik yang sesuai, masih menggunakan
pembelajaran yang monoton padahal
atletik harus diajarkan sejak usia dini. Siswa perlu diberikan materi pelajaran
dengan benar yang tersusun dengan baik dan menarik. Hal ini karena, anak-anak
usia sekolah berada pada masa perkembangan dan pertumbuhan, sehingga pembelajaran
atletik yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Tingkat usia SD (Sekolah Dasar) merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga di tingkat usia anak SD
khususnya kelas IV masih didominasi oleh masa bermain (siswa tertarik pada
permainan) sehingga guru harus menyesuaikan dengan usia perkembangan siswa.
Disamping itu siswa juga kurang motivasi dalam melakukan materi atletik yang sedang diajarkan karena penyampaian materi yang monoton.
Berdasarkan observasi di SD Negeri 3 Kasihan, diketahui pelaksanaan
pembelajaran penjas secara keseluruhan telah berjalan. Namun dalam pembelajaran atletik
khususnya materi lompat jauh, masih banyak siswa yang belum maksimal dalam
hasil belajarnya. Sarana dan prasarana yang kurang dan faktor perencanaan, pengemasan dan penyajian pembelajaran yang
kurang menarik, disamping minimnya pengetahuan guru tentang perkembangan model
pembelajaran Penjas menjadikan siswa kurang berminat terhadap pembelajaran
lompat jauh. Permasalahan pembelajaran tersebut tentunya berakibat pada hasil belajar
siswa, baik yang berhubungan dengan nilai proses maupun hasilnya.
Seiring dengan kemajuan di dunia pendidikan, muncul
banyak model pembelajaran yang dapat menjadi salah satu alternatif dari
permasalahan pembelajaran yang ada saat ini, sekaligus dapat digunakan untuk
menciptakan suksesnya tujuan pembelajaran. Meskipun begitu, model pembelajaran
belum banyak diterapkan di sekolah karena
guru belum banyak yang mempelajari model model pembelajaran. Memberikan pembelajaran atletik yang menarik, praktis dan
diminati siswa adalah tugas seorang guru. Oleh karena itu guru harus mampu
menyesuaikan kebutuhan yang berhubungan dengan siswa dan materi pembelajaran
tersebut. Guru juga harus mampu menerapkan pendekatan, model, metode dan
strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Terdapat
berbagai model pembelajaran yang menggunakan permainan. Dari berbagai model pembelajaran yang ada,
model pembelajaran TGT merupakan salah
satu model pembelajaran yang di dalamnya memperlihatkan
tahapan-tahapan dasar model pembelajaran yang sederhana, dan mudah dipelajari. Model
pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif, mudah
dan sederhana sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran di sekolah. Terdapat unsur-unsur
di dalamnya yang harus terpenuhi seperti, penyajian kelas, kelompok (team),
game, turnamen, penghargaan kelompok (team recognize). Pembelajarkan
lompat jauh dengan model permainan merupakan strategi dalam pembelajaran. Namun
pada kenyataannya masih jarang para guru penjas menerapkannya. Pada umumnya
para guru penjas lebih cenderung membelajarkan lompat jauh secara konvensional.
Pembelajaran dengan model permainan telah mencangkup semua aspek yang
dibutuhkan siawa, termasuk skill atau keterampilan. Dengan menggunakan model
pembelajaran TGT dapat menantang anak melalui games serta
turnament, merupakan cara yang sangat baik untuk mendorong dan meningkatkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas,
maka perlu dilakukan penelitian yang
mendalam untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran TGT
sebagai salah satu alternatif dalam permasalahan pembelajaran lompat jauh. Hal
tersebut dilaksanakan dengan menggunakan penelitian jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Hal itu dilakukan sebagai upaya
agar lebih berhasil
pembelajaran lompat jauh di SDN 3
Kasihan khususnya pada siswa kelas IV.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh pada siswa kelas IV
SD Negeri 3 Kasihan Ngadirojo Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
“Untuk meningkatkan hasil belajar lompat
jauh menggunakan model pembelajaran TGT pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 3 Kasihan Ngadirojo
Wonogiri
tahun pelajaran 2011/2012”.
D.
Manfaat
Penelitian
Masalah dalam
penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi
manfaat antara lain:
“Dapat
meningkatkan hasil belajar lompat jauh bagi siswa yang dijadikan subyek
penelitian”.
No comments:
Post a Comment