Monday, June 11, 2012

PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA (BAB 2)


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar

a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003: 2) Pengertian secara psikologis, “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku”.
Atau juga dapat didefinisikan sebagai berikut belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut Slameto (2003: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar sebagai berikut:
1)      Perubahan terjadi secara sadar
2)      Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3)      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4)      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5)      Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6)      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja. Sifat perubahan relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk dan sebagainya. Perubahan tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku. Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat berupa ganjaran yang diterima, hadiah atau hukuman sebagi konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.
Ngalim Purwanto (1990: 84) menyatakan, “definisi belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Dengan demikian perubahan yang terjadi karena proses pertumbuhan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan fisik pada seorang bayi sejak lahir.

Menurut pandangan Skinner yang dikutip dari Dimyati dan Mudjono (1994: 24) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika tidak belajar maka responya akan menurun. Dalam belajar ditemukan hal berikut:
a)      Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar.
b)      Respon si pebelajar
c)      Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat tejadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut

Menurut pandangan Piaget yang dikutip dari Dimyati dan Mudjiono (1994:24) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan, maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelek melalui tahap-tahap berikut (i). Sensori motor (0-2 tahun), (ii). Pra-operasional (2-7 tahun), (iii) Operasional kongkret (7-11 tahun), (iv) Oprasi formal (11- keatas).

Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensori dan motorik. Anak mengenal lingkungan  dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan menggerak-gerakannya. Pada tahap pra-operasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia mampu menggunakan symbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi membuat gambar, dan mengolong-golongkan. Pada tahap kongkret, anak dapat mengembangkan pikiran logis. Menurut piaget yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999:14) Pembelajaran terdiri dari empat langkah,yaitu:
a)      Langkah satu menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
b)      Langkah dua memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut

c)      Langkah tiga mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan permasalahan
d)     Langkah empat menilai tiap pelaksanaan kegiatan, memperhatikan tiap keberhasilan, dan melakukan revisi 


Menurut Rogers yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam buku belajar dan pembelajaran (1999: 16) mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a)      Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b)      Siswa akan mempelajari hal-yang bermakna baginya
c)      Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d)     Belajar bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses
e)      Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berprestasi secara bertanggung jawab belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan perubahan diri terus-menerus dalam proses belajar.
f)       Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi diri sendiri. Belajar dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dan instruktur bersifat sekunder.
g)      Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.   

Ketiga pandangan tentang belajar tersebut merupakan bagian kecil dari pandangan yang ada untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon guru masih perlu memilih teori yang relevan bagi bidang studi asuhannya. Guru juga perlu memodifikasi secara praktis sesuai dengan karakter siswa tersebut.

b. Prinsip-Prinsip Belajar 
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1)      Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peran penting dalam proses belajar, Gagne dan Berliner yang dikutip Dimyati Mudjiono (1999: 42) mengatakan, “tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar”. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Motivasi merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran.
2)      Keaktifan
Proses kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika siswa mempunyai keaktifan yang tinggi. Sehingga kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
3)      Keterlibatan langsung
Menurut John Dewey yang dikutip Dimyati Mudjiono (1999: 43) dengan “learning by Doing”. Belajar harus dialami melalui keterlibatan langsung. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual kelompok dengan cara memecahkan masalah. Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan.
4)      Pengulangan
Teori Psikologi daya yang mengemukakan melatih daya-daya pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menganggap, mengingat mengkhayal, berfikir, dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Hal ini juga diperkuat dengan teori psikologi assosiasi atau koneksionisme dengan tokoh Thorndike yang didasarkan pada hukum belajarnya”Low of Exercise”, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 46)
5)      Tantangan
Teori medan (field teory) dari kurt lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi tujuan yang ingin dicapai, tapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif itu untuk mengatasi hambatan itu yaitu mempelajari bahan ajar tersebut.apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar tercapai, maka ia masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
6)      Balikan dan penguatan
Teori belajar Operant dari BF Skinner. Yang diperkuat dalam teori ini adalah responnya. Sebagai kuncinya adalah teori belajar Low of Effect dari thorndike yaitu siswa yang akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
7)      Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.perbedaan itu berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru. sistem pendidikan klasikal yang dilakukan sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan individu, umumnya pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan melihat siswa individu dengan kemampuan rata-rata.

2. Pembelajaran

a. Konsep Pembelajaran  
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap(aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang pserta didik.
Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan mencapai tujuan pendidikan. Moh. Uzer usman (2001: 62) mengemukakan bahwa :
“Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik, berlangsung untuk mencapai tujuan tertentu”.
.
b.   Hakekat Pembelajaran
Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.
Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Purwadarminta 1976 yang dikutip H.J.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan (1998:30) bahwa, “pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan”. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa, “mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa”.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik.
Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap baru mengenal substansi yang dipelajari, baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang pada mulanya. Namun setelah guru berusaha untuk memusatkanya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Oleh krena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencaan materi agar terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.
Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi social kultural melalui media massa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya Sebagian kecil saja pembelajaran terjadi dikelas dan lingkungan.
Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegitan mengajar meliputi pengetahuan,      menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan  yang dikemukakan Nana Sudjana (2005:19) yaitu:
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:
1)      Merencanakan program belajar mengajar.
2)      Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar.
3)      Menilai kemajuan proses belajar mengajar.
4)      Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan. Husdarta dan Yudah M.Saputra (2000: 4) bahwa:
Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi dikelas dilapangan,ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan.walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar,agar tujuan pengajran dapat tercapai. Hal yang terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa, “perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetauhan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:
1)      Berpusat pada siswa
2)      Belajar dengan melakukan
3)      Mengembangkan kemampuan sosial
4)      Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah
5)      Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah
6)      Mengembangkan kreatifitas siswa
7)      Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi
8)      Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
9)      Belajar sepanjang hayat
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

d. Hasil Belajar
Menurut Gagne serta Jenkins yang dikutip Hamzah Uno (2007:17) mengartikan bahwa, “hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu”. Sardiman A.M (2010 : 49) menerangkan bahwa, “proses belajar akan menghasilkan hasil belajar”. Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh komponen-komponen yang mendukung proses belajar dan aktivitas siwa sebagai subjek belajar. Adapun hasil pengajaran dikatakan betul-betul baik apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa, b) Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik (Sardiman A.M, 2010 : 50). Berdasar pendapat para ahli tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar, berupa penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu.

3. Pendidikan Jasmani

a.      Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetauhan dan penalaran penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spritual, dan sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Menurut Toho Cholik M dan Rusli Lutan (2001:2) bahwa, “pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik”.


Menurut Samsudin (2008: 2), “pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi”. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam bermacam pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi dan prasarana dan sarana.

b. Hakekat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memberlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total dari pada hanya mengaggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
1)      Landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani
Secara ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani mendapat dukungan dari berbagai dukungan ilmu, dimana dari pandangan-pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bagi berlangsungnya program penjas disekolah-sekolah. Dibagian ini penulis akan menguraikan landasan ilmiah yaitu dari sudut pandang biologis. Sudut pandang psikologis, dan yang terakhir sudut pandang sosiologis.
2)      Landasan psikologis pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak, serta anak dengan anak. Didalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing, termasuk kelebihan dan kelemahannya. Dan ini bukan hanya kelainan pada fisik, tetapi juga dalam kaitanya dengan perbedaan psikologis seperti kepribadian, karakter, pola fikir, serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan dan kepercayaan.
Program pendidikan jasmani yang baik tentu harus dilandasi oleh pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak, dan yang paling penting dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program pendidikan jasmani terhadap perkembangan mental dan psikologis anak.
3)      Landasan biologis pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, disamping berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fiskal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatanya dalam kegiatan pendidikan jasmani. Secara biologis, manusia dirancang untuk menjadi makhluk yang aktif. Meskipun perubahan zaman dan peradaban telah menyebabkan penurunan dalam jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar yang berkaitan dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidak berubah. Karenanya manusia harus tetap menyadari bahwa dalam hal kesehatan tubuhnya, dasar biologisnya menuntut dan mengakui pentingnya aktifitas fisik yang keras dalam hidupnya. Dalam hal inilah pendidikan jasmani yang baik disekolah dan dimasa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan biologis manusia.
4)      Landasan sosiologis dalam pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas diantaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.
Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitanya dengan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainya. Seorang guru penjas sesunguhnya seorag sosiologis yang perlu mengetauhi prinsip-prinsip sosiologi agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
Sebagai mata pelajaran yang menitikberatkan perhatian pada ranah jasmani dan psikomotor, tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif, pelajaran pendidikan jasmani mencakup materi (1) kesadaran akan tubuh dan gerakan, ketrampilan motorik dasar, (2) kebugaran jasmani, aktifitas jasmani, seperti permainan, gerakan ritmik dan tari, aquatic (bila memungkinkan, dan senam (3) aktifitas pengkondisian tubuh, modifikasi permainan dan olahraga, (4) olahraga perorangan, berpasangan, dan tim, (5) ketrampilan hidup mandiri di alam terbuka,(6) dan gaya hidup aktif dan sportif.
Pendidikan jasmani untuk SMA meliputi (1) ketrampilan dan pengetahuan untuk menyusun program latihan, memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, (2) ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga dan aktivitas jasmani, (3) sikap sportif dan perilaku gaya hidup aktif. (Depdiknas, 2003 : 2)

d. Fokus Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA
Program pendidikan jasmani menekankan tentang pentingnya latihan sebagai akibat meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani siswa. Siswa ingin belajar berbagai tingkat ketrampilan dan berbagai cabang olahraga. Siswa juga ingin berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang bermanfaat baginya dalam memanfaatkan waktu luang. Pada tingkat usia ini anak ingin bermain secara harmonis dengan orang lain sebagai tempat  di mana siswa dapat belajar menghargai siswa lain. Program pendidikan jasmani harus memberikan suatu perubahan langkah dalam kegiatan akademik (Bucher, 1979)
Menurut Bucher (1979 :350) yang dikutip oleh Samsudin (2008: 8) program pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan meliputi hal-hal berikut:
1.)    Mencintai olahraga tim dan regu
2.)    Kegembiraan dan minat dalam kepalatihan olahraga
3.)    Pengelompokan ke dalam bagian-bagian tentang pokok bahasan (subject matter)
4.)    Kelompok siswa yang berminat untuk bekerja dan beraktivitas
5.)    Kepuasaan yang diperoleh dalam melihat siswa mentransfer keterampilan dari kelas pendidikan jasmani kegiatan di dalam sekolah (intramural)
6.)    Tantangan yang membimbing siswa untuk melewati periode yang canggung, transisional dari ketidaktenangan dan ketidaktentuan pada masa sekolah lanjutan pertama
7.)    Inspirasi yang diperoleh dari bekerja dengan staf dan kolega professional yang lain
8.)    Mencintai makin banyak permainan dan aktivitas dengan organisasi tinggi

e. Karakteristik Pembelajaran Penjas bagi Siswa Sekolah Menengah Atas
1)  Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMA, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara indisipliner. Gerak manusia aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
2)  Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi. Pendukung utama pendidikan jasmani adalah ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga.
3)  Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, faktual dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka  memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh kembangkan secara proporsional, rasional, psikomotorik, kognitif, dan afektif. Agar pencapaian tujuan tersebut, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus menyenangkan, meng-gembirakan dan mencerdaskan siswa. (Samsudin, 2008: 107)


4. Alat Bantu Pembelajaran

a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran
Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran.alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Menurut Samsudin (2008: 57) menyatakan bahwa, “untuk melaksanakan proses aktivitas jasmani tersebut sudah barang tentu menuntut adanya kelengkapan media dan alat bantu pembelajaran. Karena tanpa adanya dukungan media dan alat bantu tersebut, maka proses pembelajaran pendidikan jasmani akan sia-sia belaka”. 
Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Manfaat alat bantu pembelajaran
Menurut Soekidjo (2003) secara terperinci manfaat alat peraga antara lain sebagai berikut:
1)      Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2)      Mencapai sasaran yang lebih banyak
3)      Membatu mengatasi hambatan bahasa
4)      Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan
5)      Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6)      Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain
7)      Mempermudah peyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan.
8)      Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan

Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera.

b. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik
Menurut Soekidjo (2003) suatu alat pembelajaran dikatakan baik, apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengetahuan,/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru. Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaanya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh siswa.
Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya,sehingga membuat siswa mejadi lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. 

c. Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan Alat Bantu Pembelajaran
Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah berkepentingan dengan upaya mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Salah satunya dengan mendesain permainan bolavoli sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum. Bentuk permainan yang dikembangkan merupakan permainan bolavoli standar maupun permainan bolavoli dengan kreasi – kreasi baru. “Bentuk permainan tersebut sudah barang tentu tidak akan seutuh permainan bolavoli sesungguhnya, akan tetapi dalam bentuk modifikasi. Hal-hal yang dapat dimodifikasi adalah sarana dan perlengkapan permainan, seperti: luas lapangan, ketinggian jaring, bola yang digunakan dan lain-lain” (Amung Ma’mum dan Toto Subroto, 2001: 75).
Berdasarkan ukuran bolavoli menunjukkan bahwa, bolavoli ukuran standart lebih berat. Bagi siswa, belajar servis atas  menggunakan bolavoli ukuran  strandart  mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran servis atas menggunakan bolavoli ukuran standart misalnya bola dirasakan  terlalu  berat, kekuatan  siswa  belum memadai, teknik servis atas yang masih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu  diciptakan  cara  belajar  yang  sesuai  dengan  kondisi  siswa  di  antaranya menggunakan bolavoli plastik yang lebih ringan. 
Menurut Agus Kristiyanto (2010 : 7) bahwa, “bolavoli dengan net dari jala ikan kemudian bola dari plastik yang dilakukan oleh para nelayan kita,tentu saja tidak boleh dimaknai sebagai permainan konyol, justru hal itu menjadi sesuatu yang sangat positif dari bentuk apresiasi terhadap permainan bolavoli”. Pembelajaran menggunakan alat bantu bola plastik merupakan bentuk belajar servis atas bolavoli dimana pelaksanaannya memakai bola plastik sebagai pengganti bola standar. Disamping itu menggunakan alat bantu tali raffia sebagai pengganti net dan bilah sebagai pembatas jarak servis. Pembelajaran dengan bola plastik, tali raffia, dan bilah ini bertujuan untuk mendekatkan kearah latihan sesungguhnya serta sebagai media mempelajari konsep gerak servis atas bolavoli dengan benar. Dengan menggunakan bola plastik, tali raffia, dan bilah pembelajaran servis atas bolavoli akan lebih menarik dan mengasikkan. Pembelajaran servis atas bolavoli dangan alat bantu didesain semenarik mungkin agar siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.

5. Servis Bolavoli
a. Fungsi Servis dalam Permainan Bolavoli
Teknik dasar servis dalam permainan bolavoli terus berkembang. Pada awalnya servis merupakan penyajian bola pertama sebagai tanda dimulainya permainan. Seiring dengan perkembangan permainan bolavoli dan penerapan taktik dan strategi permainan bolavoli, pukulan servis memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan pertama bagi regu yang melakukan servis. Menurut Amung Ma’mum dan Toto Subroto  (2001:  61) bahwa, “Servis adalah awal terjadinya suatu permainan bolavoli. Akan tetapi dalam perkembangannya servis menjadi salah satu serangan pertama yang sangat penting”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, servis dalam permainan bolavoli memiliki fungsi utama yaitu sebagai serangan pertama untuk mendapatkan point. Dengan sistem penilaian rellypoint, maka servis mempunyai pengaruh besar terhadap jalannya seluruh permainan. Hal ini artinya,  angka  atau point dapat dihasilkan  melalui  servis yang baik dan bahkan dapat menentukan menang atau kalahnya suatu tim. Tetapi kegagalan servis juga menguntungkan  pihak lawan, yaitu  bola berpindah dan lawan mendapatkan angka. Oleh karena itu, dalam melakukan servis hendaknya lebih berhati-hati agar bola dapat masuk ke daerah permainan  lawan dan lawan sulit untuk menerimanya. Barbarra L. Viera dan Bonnie Jill Ferguson (1996: 27) menyatakan, “Dalam suatu pertandingan sangat penting bagi anda untuk  melakukan servis dengan konsisten yaitu paling tidak 90% dari servis anda dapat melewati  net  ke  daerah  lawan”.  Oleh  karena  itu,   dalam   melakukan   servis   harus dibuat sesulit  mungkin  agar  lawan sulit mengembalikan atau bahkan   langsung mati. Menurut Soedarwo dkk.  (2000: 38) cara mempersulit  bola  servis   pada dasarnya berkaitan dengan, “(1) kecepatan, kurve dan belak-belok jalannya  bola dan, (2) penempatan  bola  diarahkan pada titik-titik kelemahan lawan”.
Kunci keberhasilan pukulan servis yaitu bola dapat menyeberang melewati net, laju bola sulit diantisipasi lawan dan diarahkan pada titik kelamahan lawan. Kemampuan seorang pemain melakukan pukulan servis yang sulit atau mengarahkan pada titik kelemahan lawan, maka akan menyulitkan lawan untuk menerimanya atau bahkan lawan langsung mati.

b. Servis Atas
Berdasarkan cara pelaksanaannya, servis bolavoli dibedakan menjadi tiga macam. Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001 : 61) menyatakan “bentuk servis dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) servis dari bawah, (2) servis dari samping, dan (3) servis dari atas.
Dari ketiga jenis servis tersebut, servis atas merupakan jenis servis yang mempunyai efektifitas yang lebih baik untuk melakukan serangan dibandingkan dengan servis tangan bewah atau servis tangan samping. Kelemahan servis tangan bawah adalah mudah diterima dan lintasannya melambung tinggi sehingga mudah diantisipasi lawan. Sedangkan kelebihan servis tangan atas yaitu, tenaga ayun lebih besar dan kecepatan gerakan lengan pemukul juga lebih besar. Selain itu juga, servis atas secara luas digunakan dalam pertandingan dan dapat memberikan hasil yang efektif, karena lintasan bola lebih pendek maka bola sulit untuk diprediksi lawan. Seperti dikemukakan Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001 : 64) bahwa “tujuan utama melakukan servis dari atas adalah mempercepat laju bola dan membuat jalannya bola menukik dari atas ke bawah.

c. Teknik Servis Atas Bolavoli
Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal. Teknik merupakan unsur yang sangat penting yang harus dikuasai oleh seorang individu agar dapat melakukan gerakan-gerakan dalam olahraga dengan benar. 
Penguasaan teknik yang baik akan memberikan perasaan lebih mantap dan rasa percaya diri dalam penampilan pada suatu permainan. Tidak terkecuali pada pemain bolavoli, semua harus dapat melaksanakan teknik dasar dalam permainan bolavoli dengan baik. Seorang pemain yang baik tidak lepas dari penguasaan teknik servis yang baik dan benar. Menurut Soedarwo dkk (2000:20-21) teknik sevis atas meliputi ”(1) sikap permulaan, (2) sikap saat perkenaan, (3) sikap akhir”. Berikut ini gambaran teknik pelaksanaan servis atas sebagai berikut :
(1)   Sikap permulaan :
Ambil sikap berdiri dengan kaki kiri berada lebih ke depan daripada kaki kanan dan kedua lutut. Tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama memegang bola. Tangan kiri menyangga bola sedang tangan kanan memegang bagian atas bola. Bola dilambungkan dengan tangan kiri ke atas sampai ketinggian kurang lebih setengah meter di atas kepala. Tangan kanan segera ditarik ke belakang atas kepala, dengan telapak kanan menghadap ke depan.











Gambar 1. Sikap permulaan Servis Atas
( Barbara L.V. & Bonnie J.F. 1996:31 )

(2)   Sikap saat perkenaan :
Setelah tangan kanan berada di atas belakang kepala dan bola berada sejangkauan tangan maka segera bola dipukul dengan cara memukul seperti pada smash. Sewaktu akan melakukan servis perhatian harus selalu terpusat pada bola. Lecutan tangan dan lengan sangat diperlukan dalam servis atas, bila perlu dibantu gerakan togok ke arah depan sehingga bola akan memutar lebih banyak. Pada waktu lengan dilecutkan siku jangan sampai ikut tertarik ke bawah.













Gambar 2. Sikap Pelaksanaan Servis Atas.
( Barbara L.V. & Bonnie J.F. 1996:31 )


                       
(3)   Sikap akhir
Setelah memukul bola maka diikuti langkah kaki kanan ke depan dan terus masuk ke lapangan permainan serta mengambil sikap siap normal.









Gambar 3. Sikap Akhir Servis Atas
( Barbara L.V. & Bonnie J.F. 1996:31 )

Berdasarkan pendapat diatas teknik servis atas terdiri dari 3 tahapan yaitu sikap permulaan, sikap pelaksanaan dam sikap akhir. Agar servis atas yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka servis atas harus dilakukan dengan tepat. Dan ketiga tahapan tersebut harus dirangkaikan secara harmonis dan selaras untuk mengapai hasil yang maksimal.

B. Kerangka Berfikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yakni menggunakan kegiatan siswa sendiri secara efektif di dalam pembelajaran. Siswa diarahkan untuk melakukan latihan yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan melakukan latihan yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Kurangnya kreatifitas guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Kurang kreatifnya guru Pendidikan jasmani di sekolah dalam membuat dan mengembangkan  media pembelajaran sederhana, guru kurang akan model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya menggunakan metode ceramah dan metode tugas, karena mereka hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktunya, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya
Permasalahan umum dalam pembelajaran Penjas adalah kurangnya model / strategi pembelajaran sehingga mempengaruhi peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Selama ini metode yang digunakan guru belum sesuai dengan karakteristik pembelajaran Penjas bagi siswa. Seperti yang telah diuraikan di atas, di mana karakteristik pembelajaran  Penjas bagi siswa SMA melalui pendekatan interdisipliner yang melibatkan ilmu lain.
Pendekatan interdisipliner dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. Guru dapat mendesain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dengan alat bantu. Dalam pembelajaran servis atas bolavoli, guru dapat menggunakan alat bantu berupa bola plastik. Secara lebih rinci desain pembelajaran dengan alat bantu bola plastik tersebut akan dijabarkan dalam RPP, setiap pertemuan.
Penggunaan alat bantu pembelajaran yang berupa bola plastik dapat dijadikan sarana untuk meyampaikan dan menjelaskan teknik dasar servis atas bolavoli. Sehingga untuk memecahkan masalah yang terurai diatas, pembelajaran yang digunakan berorientasi pada penggunaan alat bantu berupa bola plastik  dalam pembelajaran teknik dasar servis atas bolavoli
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:









































                               Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

C. Hipotesis

Melalui kerangka berfikir yang telah disusun maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa:
Penerapan alat bantu pembelajaran dapat membantu meningkatkan hasil belajar servis atas bolavoli siswa kelas XI IPS 1 SMA N 1 Kartasura tahun Ajaran 2011/2012         

No comments:

Post a Comment